Inilah malam yang ditunggu dengan hati berdebar. Bukan hanya oleh para aktris dan aktor unggulan serta insan perfilman lainnya, tapi juga oleh para desainer busana dan perhiasan yang dikenakan para bintang. Buat mereka, bukan acara puncak yang paling penting, tapi sebelumnya, the red carpet. Malam ini, karya mereka akan melintasi karpet merah di Kodak Theatre, Hollywood, tempat perayaan Oscar ke-74 diselenggarakan.
Karpet merah ini bagaikan catwalk dengan para pengamat dan kritikus mode ketat mengawasi. Lampu dan kamera menyorot terang. Senyum dipasang. Langkah dijaga. Lambaikan tangan dan pasang telinga pada setiap teriakan pertanyaan, 'Who are you wearing?' Ini saat-saat yang paling kritis. Setiap kesalahan -walau sedikit- akan dikenang untuk jangka waktu yang cukup
lama. Dan bila kesalahannya fatal, sang artis akan dikenang selamanya.
'Sebenarnya para bintang sangat ngeri bila sampai membuat kesalahan, karena hal itu takkan dilupakan paling sedikit setahun kemudian,' ungkap Rachel Zoe Rosenzweig, stylist yang pernah bekerjasama dengan aktris Toni Collette. Karena itu, kebanyakan artis memilih busana yang indah tetapi aman. Itulah sebabnya, apa yang nampak di karpet merah biasanya
mudah ditebak. Spaghetti straps. Gaun dan payet. Berlian.
Tapi, tetap saja karpet merah menjadi incaran desainer yang ingin karyanya dikenakan para bintang. Carlos Souza, kepala bagian humas Valentino, memperkirakan rumah modenya mendapat publisitas cuma-cuma senilai 25 juta US dollar tahun lalu dari pemunculan di televisi
dan majalah. "Itulah keuntungannya mendandani para pemenang," ungkapnya. "Luar biasa besar."
Pendapat serupa diungkapkan oleh Anne Fahey dari rumah mode Chanel di New York. Nilai publisitas dari penampilan seorang bintang tak hanya bertahan semalam, tapi bisa bertahun-tahun lamanya. Foto-foto Marisa Tomei dalam gaun Chanel hitam-putih di tahun 1993 masih muncul di berbagai majalah. Tahun lalu, kliping dari media massa yang menunjukkan Jennifer Lopez dalam gaun chiffon Chanel abu-abu memenuhi empat ring-binder. Nilai publisitasnya? "Sekitar 7 juta US dollar," kata Fahey.
Tentu saja busana maupun siapa yang memakainya harus ditentukan dengan sangat hati-hati. Salah-salah, yang didapatkan justru nama buruk. Karena itu, begitu nominasi pemenang diumumkan, Carlos Souza dan Valentino langsung mengadakan rapat untuk menentukan aktris yang tepat menjadi 'target' untuk didandani. Surat undangan segera dikirimkan, ditandatangani oleh sang desainer secara pribadi. Banyak surat kembali yang meminta vintage dress -mengikuti jejak Julia Roberts tahun lalu-, terpaksa ditolak. "Museum sudah ditutup. Kini Valentino membuat couture modern," jawab Souza.
Kali ini, Souza dan Valentino berhasil mendapatkan tiga bintang, Reese Witherspoon, Kate Beckinsale, dan Sandra Bullock.
***
Malam Oscar tahun ini ditandai dengan warna-warna yang lebih lembut. Banyak pendapat menyatakan bahwa hal ini merupakan ungkapan keprihatinan atas serangan teroris pada bulan September. Kebanyakan artis memilih lagi-lagi- hitam, yang lainnya memilih warna-warna
pucat. Sayangnya, tak semuanya sukses mengenakan warna pucat. Paduan gaun Chanel couture pink pastel dan kulit putih Nicole Kidman memang pucat, tapi justru membuatnya nampak seanggun peri, tentu karena ditunjang wajah dan tubuhnya (dan tentu saja, gaun Chanel couture-nya).
Tapi Jenifer Connelly, aktris pembantu terbaik, yang mengenakan gaun chiffon Balenciaga dalam warna beige malah nampak kurang darah. Ini terutama karena scarf warna pucat yang melingkari lehernya, walau kreatifitasnya memadukan dress dan scarf patut mendapat pujian.
Paduan pucat juga ditampilkan Kirsten Dunst dengan gaun Dior-nya yang gemerlapan, Audrey Tatou -pemeran Amelie- dalam gaun Alberta Ferretti, Helen Mirren dan Jodie Foster dengan gaun Giorgio Armani, serta Jennifer Lopez yang kembali mengenakan Versace. Tahun ini, Lopez mendapat kritikan -bukan karena gaunnya- tapi karena tatanan rambutnya yang dianggap lebih cocok untuk ratu kecantikan Texas.
Warna hitam kembali membuktikan diri sebagai warna paling aman dan anggun. Reese Witherspoon mendapatkan banyak pujian atas gaun lace dengan cap sleeve Valentino-nya. Dipadukan dengan tatanan rambutnya dan lipstik merah, ia tampil bagaikan bintang Hollywood
tahun 50-an. Pilihan hitam juga mengantar Sandra Bullock sebagai kandidat busana terbaik. Seperti Witherspoon, ia juga mengenakan karya Valentino. Julia Roberts dengan gaun Giorgio Armani juga mendapatkan pujian karena berkesan sangat modern dan simple setelah penampilannya yang cukup 'berat' dalam vintage Valentino tahun lalu.
Sebagai warna yang paling aman, kebanyakan artis yang memilih hitam memang mendapat pujian karena nampak anggun, misalnya Renee Zellweger dan gaun Carolina Herrera, Marisa Tomei dan rancangan Jurgen Simonsen, Sharon Stone dalam Versace, Uma Thurman 'sexy mom' dalam Jean Paul Galtier, serta Helen Hunt yang nampak seksi dengan Gucci.
Pemakai hitam paling dikecam adalah Gwyneth Paltrow, yang ironisnya selalu dianggap sebagai seorang fashion icon. Perpaduan gaun Alexander McQueen dengan tatanan rambut kepang dan makeup bergaya gothic nampaknya lebih cocok di atas runway daripada di karpet merah yang terbiasa dengan kecenderungan klasik.
Tak semuanya memilih penampilan 'aman' hitam atau pucat. Kate Winslet dengan gaun merah Ben de Lisi tampil sebagaimana layaknya seorang bintang, seksi dan berani. Sedangkan Laura Elena Harring dengan gaun Versace mendapat sorotan justru karena aksesorinya yang luar biasa mahal.
Cameron Diaz tampil berbunga-bunga dalam gaun kimono dari Ungaro Couture, dipadukan scarf dan rantai di pinggang membuat penampilannya terlalu ramai, apalagi dengan rambut berkesan acak-acakan. Tapi nampaknya ia tak peduli, karena menurut Diaz, gayanya itu adalah
seratus persen menampilkan kepribadiannya.
Pemenang aktris terbaik tahun ini, Halle Bery, memilih karya perancang kelahiran Libanon Elie Saab yang menurut kritikus 'mengandung resiko tinggi'. Maksudnya? Gaun yang bagian atasnya dari tulle trasnparan dengan penempatan motif daun yang strategis itu sebetulnya cukup vulgar, tetapi karena yang mengenakannya secantik Halle Berry, maka masih termasuk seksi dan dapat 'dimaafkan.
Busana para bintang pria pun mendapat sorotan walau tak sebanyak yang wanita. Will Smith patut mendapat predikat busana terbaik dengan jaket Ozwald Boateng dan dasi emas yang sangat mengusir kebosanan tux-and-black tie. Giorgio Armani menjadi pilihan terbanyak para bintang pria. Misalnya Samuel L. Jackson dengan brocade evening coat yang nampak stylish, Russel Crowe dengan tuxedo hitam, serta pemenang aktor terbaik, Denzel Washington, yang
memilih tuxedo warna midnight blue.
Malam Oscar bisa saja berlalu, tetapi busana-busana yang melintasi karpet merah masih tetap dilihat dan dibicarakan. Kita masih saja kagum pada gaun Valentino tahun 1982 yang dikenakan Julia Roberts tahun lalu, gaun Versace dengan garis leher sampai ke pusar yang dikenakan Jennifer Lopez dua tahun lalu, juga keberanian Bjork mengenakan gaun 'angsa karya Marian
Pejoski yang dikritik habis-habisan.
Yang jelas, agar selalu diingat dalam jangka waktu yang lama, pilihannya adalah menjadi the best dressed atau the worst dressed. Pilihan busana yang aman memang pasti akan terhindar dari kritikan, tapi juga takkan diingat orang. Tak heran para bintang pun berlomba-lomba dengan penampilan, kalau bisa paling bagus, paling buruk pun mungkin tak apa.
Lagipula, bad publicity is a publicity after all.