Sejarah saja berulang, apalagi mode.
Waktu saya kecil, ada sebuah peti besar berwarna biru di gudang rumah saya di Surabaya. Di situlah, ibu saya menyimpan berbagai perangkat masa lalunya untuk dibuka sewaktu-waktu. Tas tangan kulit buaya (asli tentunya), berbagai tas kulit bertekstur unik, boots merah maroon
setinggi lutut, leather gloves, syal bulu selembut kucing angora (memang dari kucing angora?), tweed coat hijau botol, dan berbagai aksesori yang dulu saya anggap begitu tak masuk akal.
Tetapi kini, betapa irinya saya pada masa muda sang ibunda. Apalagi menyimak semangat vintage dan retro yang terus-menerus datang dan kembali ke dunia mode. Nampaknya sekarang ini sangatlah beresiko untuk membuang sesuatu hanya karena sudah tidak in lagi. Perputaran mode makin lama makin cepat dan bolak-balik terus, dari back to sixties sampai back to eighties, back to sixties lagi, black is back, mod is back, punk is back, everything is back, dan seterusnya.
Apa kira-kira yang akan terjadi kalau semuanya sudah dibolak-balik sampai bosan? Mungkin majalah ini dan semua media yang mengusung mode akan segera bangkrut karena semua orang mengenakan jumpsuit seragam dari bahan metalik seperti dalam film-film science fiction. Tamatlah riwayat rumah mode dan para desainer menjadi pengangguran. Mungkin para wanita hanya mengenakan busana ala perban seperti Milla Jovovich dalam film Fifth Element. By the way, busana itu hasil rancangan Jean Paul Gaultier, jadi masih ada harapan untuk para desainer.
OK, stop the rambling thoughts. Marilah berharap mode masih hidup paling tidak sampai manusia mulai memakai transporter untuk berpindah tempat. Dan sebelum itu terjadi, kita masih bisa menikmati perputaran mode yang bolak-balik itu. Coba lihat, vintage apa lagi yang kembali digemari sekarang? (Oh peti biru itu!) Tas kulit eksotis (bukan dari hewan aslinya, mau di-demo oleh PETA?), tas-tas kulit bertekstur unik, boots semata kaki sampai selutut, leather gloves, dan berbagai perangkat masa lalu itu kini bisa kita sambut kembali.
Andaikan peti besar biru itu kini ada di rumah saya, terbayanglah sudah begitu banyak padu-padan super trendy yang bisa saya ciptakan. Sayangnya, sang peti berikut isinya sudah dimusnahkan kakak ipar saya yang kini menempati rumah itu. Sampai kini, nampaknya ia masih bertanya-tanya mengapa tiap kali bertemu, saya meremas tangannya erat-erat sambil menatap matanya dengan pandangan menghunjam.
No comments:
Post a Comment